Rabu, 20 Maret 2013

MAKALAH FITOPLANKTON


TUGAS PHYTOPLANKTON
(SPESIES, EKOLOGI DAN HABITAT)

Description: E:\LOGO-UB-UMUM.jpg
 












Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Endang Yuli H., MS

Fatin Kurnia Laily                   125080200111077






PROGRAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
A.   DEFINISI PLANKTON DAN FITOPLANKTON
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887, berasal dari bahasa Yunani yang artinya mengembara. Plankton adalah organisme renik yang melayang-layang dalam air atau mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah, pergerakannya selalu dipengaruhi oleh gerakan masa air. Nybakken (1992) membagi plankton berdasarkan ukuran plankton dalam lima golongan yaitu : megaplankton ialah organisme planktonik yang berukuran lebih dari 2000 mm, makroplankton ialah organisme planktonik yang berukuran 200-2000 mm, sedangkan mikroplankton berukuran 20-200 mm. Ketiga golongan lainnya yaitu nanoplankton yang berukuran 2-20 mm, dan ultrananoplankton organisme yang memiliki ukuran kurang dari 2 mm. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu fitoplankton yang terdiri dari tumbuhan renik bebas bergerak dan mampu berfotosintesis sedangkan zooplankton ialah hewan yang bersifat planktonik.
Dalam perairan laut fitoplankton merupakan produsen primer (produsen utama dan pertama) sehingga keberadaan fitoplankton dalam perairan mutlak adanya. Pendapat ini dikuatkan oleh Sachlan (1982) bahwa fitoplankton merupakan organisme berklorofil yang pertama ada di dunia dan merupakan sumber makanan bagi zooplankton sebagai konsumen primer, maupun organisme aquatik lainnya, sehingga populasi zooplankton maupun populasi konsumer dengan tingkat tropik yang lebih tinggi secara umum mengikuti dinamika populasi fitoplankton. Fitoplankton adalah tumbu-tumbuhan air yang mempunyai ukuran sangat kecil dan hidup melayang dalam air. Fitoplankton mempunyai peranan sangat penting dalam ekosistem perairan, sama pentingnya dengan peran tumbuh-tumbuhan hijau yang lebih tinggi tingkatannya di ekosistem daratan. Fitoplankton adalah produsen utama (Primary producer) zat-zat organik dalam ekosistem perairan. Seperti tumbuh-tumbuhan hijau yang lain, fitoplankton membuat ikatan-ikatan organik kompleks dari bahan organik sederhana melalui proses fotosintesa (Hutabarat dan Evans, 1986)
Fitoplankton menghuni hampir setiap ruang dalam massa air yang dapat dicapai oleh sinar matahari (zone eufotik), dan merupakan komponen flora yang paling besar peranannya sebagai produsen primer di suatu perairan (Nontji, 1984). Fitoplankton terdiri dari beberapa klas, dimana taksonomi fitoplankton telah mengalami berbagai revisi dan wakil nama klas fitoplankton yang berlaku seat ini, serta distribusinya masing-masing kelas.
Perkembangan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh zooplankton Nybakken (1992) dengan mengemukakan teori grazing, yang menyatakan jika di suatu perairan terdapat populasi zooplankton yang tinggi maka populasi fitoplankton akan menurun karena dimangsa oleh zooplankton. Pertumbuhan fitoplankton adalah mengikuti laju pertumbuhan yang differensial, zooplankton mempunyai siklus reproduksi lebih lambat maka untuk mencapai populasi maksimum akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan fitoplankton. Steeman-Nielsen (1975) in Basmi (1988). Ada hubungan yang sangat erat antara fitoplankton dengan zooplankton, pada musim panas jumlah fitoplankton akan melebihi zooplankton sedangkan pada musim penghujan jumlah fitoplankton menurun akibat berkurangnya sinar matahari sehingga jumlah zooplankton melebihi fitoplankton.
Menurut Sachlan (1982), fitoplankton dikelompokan ke dalam 5 divisi yaitu: Cyanophyta, Crysophyta, Pyrrophyta, Chlorophyta dan Euglenophyta (hanya hidup di air tawar). Kecuali Euglenophyta semua kelompok fitoplankton ini dapat hidup di air tawar dan air laut. Menurut Nontji (1993), fitoplankton yang dapat tertangkap dengan planktonet standar (no. 25) adalah fitoplankton yang memiliki ukuran ≥ 20 μm. Fitoplankton yang bisa tertangkap dengan jaring umumnya tergolong dalam tiga kelompok utama yakni diatom, dinoflagellata dan alga biru (Cyanophyceae).





B.   FILLUM CHLOROPHYTA
            Berwarna hijau, karena mengandung kloroplas (plastida yang berwarna hijau) dengan butir-butir pirenoid ditengahnya. Bentuk kloroplas ini pada beberapa genus berlainan, seperti bentuk spiral, bentuk jala, bentuk bintang, bentuk ladam, dan butiran atau himpunan klorofil yang tak teratur. Sel-sel alga hijau sudah bersifat eukarion atau memiliki dinding nukleus. Tubuhnya ada yang bersel satu (Chlorella), berkoloni (volvox), dan bersel banyak membentuk benang (Spirogyra), berbentuk lembaran (Ulva) dan ada yang serupa rumput (Chara).
Hanya kira-kira 10% dari 7000 spesies alga hijau (Divisi Chlorophyta) ditemukan dilaut, selebihnya diair tawar. Dikenali dengan warna hijau rumput yang dihasilkan adanya klorofil a dan b yang lebih dominan dibanding pigmen lain. Pigmen-pigmen terdapat dalam plastid dan sangat tahan terhadap cahaya panas. Dinding sel lapisan luar terbentuk dari bahan pektin sedangkan lapisan dalam dari selulosa. Contohnya : Entermorpha, Caulerpa, Halimeda dan Spirulina. Ganggang hijau mengandung klorofil dan dapat melakukan fotosintesis untuk mendapatkan makanannya. Ganggang hijau berperan sebagai pemasok bahan makanan utama bagi hewan-hewan yang ada di perairan tersebut. Di perairan tersebut, ganggang hijau disebut sebagai produsen.
Reproduksi Chlorophyta dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi seksual dilakukan dengan cara peleburan sel kelamin jantan dan betina serta ada juga yang secara konjugasi. Reproduksi secara aseksual dilakukan tanpa adanya peleburan sel jantan dan betina, tetapi dilakukan dengan pembelahan biner (ganggang bersel satu), fragmentasi (ganggang berbentuk benang dan berkoloni), serta pembentukan zoospora (spora kembara).



1.     Chlorella
·      Klasifikasi
Nama Chlorella berasal dari zat berwarna hijau (Chlorophyll) yang juga berfungsi sebagai katalisator dalam proses fotosintesis. (Steenblock, 2000 in Zahara, 2003). Chlorella sp. Oleh Bold dan Wynne (1985) dikategorikan ke dalam kelompok alga hijau yang memiliki jumlah genera sekitar 450 dan jumlah spesies lebih dari 7500. Nama alga hijau diberikan karena kandungan zat hijau (chlorophyll) yang dimilikinya sangat tinggi , bahkan melebihi jumlah yang dimiliki oleh beberapa tumbuhan tingkat tinggi.
Klasifikasi Chlorella. Sp menurut Bold dan Wynne (1985) dan Vashista (1999) adalah sebagai berikut :
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Familia : Oocystaceae
Genus : Chlorella
Spesies : Chlorella sp.
Bentuk umum sel-sel Chlorella adalah bulat atau elips (bulat telur), termasuk mikro alga bersel tunggal (unicellular) yang soliter, namun juga dapat dijumpai dalam hidup koloni atau bergerombol (Gambar 1). Diameter sel umumnya berkisar antara 2-12 mikron, warna hijau karena pigmen yang mendominasi adalah klorofil (Bold, 1980). Chlorella merupakan organisme eukariotik (memiliki inti sel) dengan dinding sel yang terdiri atas selulosa dan pectin. Sedangkan protoplasmanya berbentuk cawan (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

·         Habitat dan Ekologi
Berdasarkan habitat hidupnya Chlorella dapat dibedakan menjadi Chlorella air tawar dan Chlorella air laut. Chlorella air tawar dapat hidup dengan kadar salinitas hingga 5 ppt, Chlorella air laut dapat mentolerir salinitas antara 33-40 ppt (Bold dan Wynne, 1985). Menurut hirata (1981) in Rostini (2007), beberapa spesies chlorella air laut dapat mentolerir kondisi lingkungan yang relative bervariasi. Tumbuh optimal pada salinitas 25-34 ppt sementara pada salinitas 15 ppt tumbuh lambat dan tidak tumbuh pada salinitas 0 ppt dan 60 ppt. Contoh chlorella yang hidup di air laut adalah Chlorella vulgaris, Chlorella pyrenoidosa, Chlorella virginica, dan lain-lain (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Description: C:\Users\User\Downloads\232-326 chlor.jpgUmumnya chlorella bersifat planktonis yang melayang di dalam perairan, namun beberapa jenis chlorella juga ditemukan mampu bersimbiosis dengan hewan lain misalnya Hydra dan beberapa ciliata air tawar seperti Paramaecium bursaria (Dolan, 1992).

























640 x 426

Gambar 1. Bentuk Chlorella sp. (Sumber : http://biologiklaten.files.wordpress.com/2011/11/5-chlorella.jpg )

C.   FILLUM CYANOPHYTA

Cyanophyta merupakan suatu divisi (filum) bakteri yang mendapatkan energi melalui fotosintesis. Cyanophyta termasuk dalam regnum (kerajaan) monera. Ganggang hijau- biru merupakan salah satu contoh dari kelas Cyanophyceae. Ganggang hijau-biru memiliki klorofil yang berbeda dari klorofil bakteri yang dapat berfotosintesis, dan diketahui bahwa oksigen dibebaskan oleh ganggang hijau-biru pada saat fotosintesis tetapi tidak terjadi pada bakteri. Ganggang hijau – biru memiliki afinitas mirip bakteri sehingga disebut juga Cyanobacteria karena organisasi seluler dan biokimianya.
Cyanobacteria/Cyanophyta atau alga hijau biru merupakan kelompok alga prokariotik. Organisme tersebut memiliki peran sebagai produsen dan penghasil senyawa nitrogen di perairan. Beberapa Cyanobacteria juga diketahui dapat memproduksi toksin (racun). Selain menghasilkan toksin, Cyanobacteria mampu menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi mahluk hidup lain, antara lain protein dan senyawa lain untuk obat-obatan. Organisme tersebut bersifat kosmopolit, tidak hanya ditemukan di habitat akuatik melainkan juga ditemukan di habitat terestrial. Cyanobacteria ada yang hidup sebagai plankton dan ada pula yang hidup sebagai bentos. Spesies-spesies yang bersifat planktonik umumnya merupakan spesies-spesies yang mengakibatkan terjadinya ledakan populasi (blooming) akibat eutrofikasi (pengayaan nutrisi). Eutrofikasi biasanya disebabkan oleh proses alamiah atau akibat pencemaran. Keadaan perairan yang kaya nutrisi tersebut menyebabkan pertumbuhan Cyanobacteria yang sangat cepat. Cyanobacteria juga diketahui diketahui mampu tumbuh di padang gurun, padang salju, dan sumber air panas. Indonesia sebagai salah satu negara tropis yang selalu beriklim hangat sepanjang tahun menyebabkan sering mengalami blooming Cyanobacteria di perairan tawar. Divisi Cyanophyta atau kelas Cyanophyceae dibagi menjadi 3 ordo, yaitu:
1. Chroococcales
2. Chamaesipphonales
3. Hormogonales

1.      Spirulina                                                                                                                                Klasifikasi                                                                                                  Merupakan alga hijau hijau biru foto-autotrof dapat ditemukan pada perairan tawar maupun asin. Mikroalga ini telah lama digunakan sebagai sumber bahan makanan di Meksiko dan Afrika dan merupakan salah satu sumber makanan alami paling potensial baik untuk hewan dan manusia. Kandungan proteinnya yang tinggi mencapai 60-70% (basis kering) serta kandungan asam-asam amino Spirulina sesuai dengan rekomendasi badan pangan dunia FAO (Choi et al. 2003). Spirulina merupakan salah satu sumber pangan berpotensi, sebagai contoh 1 are (0,4646 hektar) Spirulina dapat menghasilkan protein 20 kali lebih baik dari 1 are kedelai atau jagung dan 200 kali lebih baik dari pada daging sapi (Kozlenko dan Henson 1998). Spirulina termasuk cyanobacteria atau yang lebih dikenal dengan alga hijau biru, ada di bumi sejak 3500 juta tahun lalu. Mikroorganisme ini berukuran 3,5-10 mikron dan memiliki filamen berbentuk spiral dengan diameter 20-100 mikron. Spirulina mengandung 60% protein dengan asam-asam amino esensial, sepuluh vitamin, juga berkhasiat sebagai obat (therapeutic). Selain itu pula, Spirulina memiliki pigmen fikosianin yang merupakan antioksidan dan antiinflamatori (Romay et al 1998 diacu dalam Desmorieux 2006), polisakarida yang memiliki efek antitumor dan antiviral (Gao dan Wu 2000; Mishima et al 1998 diacu dalam Desmorieux 2006), γ-asam linoleat (GLA) dari Spirulina dapat berfungsi dalam penurun kolesterol (Samuels et al. 2002 diacu dalam Desmorieux 2006).
Klasifikasi Spirulina secara taksonomi menurut Bold dan Wyne (1978) sebagai berikut:
Kingdom : Protista
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Famili : Oscilatoriaceae
Genus : Spirulina
Spesies : Spirulina sp.


·         Ekologi dan Habitat
Lingkungan tempat tumbuh Spirulina harus dapat memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan Spirulina yang baik. Faktor lingkungan utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga antara lain adalah nutrien, cahaya, suhu, pH dan agitasi (Richmond 1988). Fitoplankton tersebut mempunyai daya toleransi tinggi dan dapat hidup di dalam keadaan ekosistem seperti pada segmen I tersebut.
Spirulina termasuk ke dalam mikroalga mesofilik, yang dapat tumbuh pada temperatur 20-400C dengan suhu optimum pertumbuhannya 25-330C. Suhu minimum untuk pertumbuhannya adalah antara 18-200C. Umumnya kisaran temperatur untuk pertumbuhan mikroalga hijau-biru lebih besar dibandingkan jenis mikroalga lainnya (Borowitzka dan Borowitzka, 1988). Hasil pengukuran suhu selama penelitian berkisar antara 22,5-250C, sehingga masih dalam kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan S. fusiformis.
Description: C:\Users\User\Downloads\319 n165 spirulina.jpg
 







319 x 165

Besarnya nilai pH pada media pertumbuhan Spirulina umumnya antara 8-11, namun ada beberapa jenis Spirulina yang dapat bertahan hidup pada lingkungan dengan pH mendekati 7 atau di atas 11 (Richmond 1988). Intensitas cahaya yang optimal untuk pertumbuhan Spirulina berkisar antara 1500-3000 lux dan tidak melebihi 4000 lux untuk menghindari foto inhibisi (Chen et al. 1996).
D.   FILLUM CRYSOPHYTA

Algae ini mempunyai pigmen yang berbeda-beda sehingga ada yang disebut algae kuning hijau (Xanthophyceae), dan algae keemasan (Chrysophyceae). Diaotomae yang termasuk Bacillariophyceae juga termasuk anggota algae ini. Pigmen fotosintetik terdiri atas klorofil a dan c, karoten, fukoxantin, dan beberapa xantofil. Bahan cadangan makanan algae ini berupa krisolaminarin, yaitu polimer glukosa dengan ikatan B. Dinding selnya tersusun dari selulosa, silika, dan kalsium karbonat. Pada beberapa jenis algae ini mempunyai 1 atau 2 flagela. Dinding sel diatomae yang keras disebut frustule. Ada 2 macam bentuk frustule, yaitu centric dan pennate. Diatomae dengan bentuk pennate yang tidak berflagela, ada yang dapat bergerak diatas substrat padat karena adanya raphe. Raphe adalah celah memanjang dan sempit pada dinding sel sebagai tempat keluarnya sitoplasma. Gerakan timbul karena adanya arus protoplasma tersebut. Habitatnya di air tawar atau air laut, tempat – tempat yang basah, dan merupakan anggota penyusun plankton.
Divisi chrysophyta memiliki 3 kelas, berdasarkan pada, persediaan karbohidrat, struktur kloroplas dan heterokontous flagelata. Selain berdasarkan hal tadi divisi chrysophyta juga dapat dibagi ke dalam 3 klas yaitu gangang hijau-kuning, gangang coklat-emas dan diatom.

1.      Diatom
·         Klasifikasi
Salah satu genus dari Chrysophyta adalah Diatom. Diatom, termasuk kelas Bacillariophyceae, bersifat uniselular, dan ada yang merupakan koloni dengan bentuk yang bermacam-macam. Selnya bilateral atau radier simetris. Dinding sel terdiri atas lapisan dalam berupa pektin yang lunak, dan lapisan luar berupa panser berisi zat kersik. Sel diatom mempunyai inti dan kromatofora yang berwarna kuning coklat. Kromatofora mengandung beberapa macam zat warna, antara lain: klorofil-a, karotin, santofil dan karotenoid menyerupai fikosantin; tetapi ada juga golongan yang tidak berwarna.

Klasifikasi :
Kingdom         : Plantae
Phylum            : Chrysophyta
Sub Phylum     : Bacillariophyceae
Ordo                : Pennales
Famili              : Fragilariaceae
Genus              : Diatoma
Spesies            : Diatoma sp

·         Ekologi dan Habitat
Hidup di air tawar, laut, dan daratan yang lembab sebagai plankton atau bentos. Diatom ditemukan pada habitat air tawar maupun air laut, terpisah-pisah atau membentuk koloni yang sering melekat pada tumbuhan air maupun tempat-tempat yang basah. Sel-sel diatom tahan kekeringan sampai beberapa bulan.
Description: C:\Users\User\Downloads\diatom1.jpg
 










499 x 342
Gambar 3. Bentuk Diatom sp. (Sumber :






DAFTAR RUJUKAN

Ambar Prabowo. 2009. Optimasi Pengembangan Media untuk Pengembangan Media untuk Pertumbuhan Chlorella sp. pada Skala Laboratorium. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Asmara Anjar. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi Fisika-Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Bachtiar Eri. 2007. Penulusuran Sumberdaya Hayati Laut (Alga) sebagai Biotarget Industri. Makalah tidak diterbitkan. Jatinangor : Universitas Padjajaran.
Betawati Nining. 2008. Biodiversitas Cyanobacteria dari beberapa Situ atau Danau di Kawasan Jakarta-Depok-Bogor, Indonesia. Jurnal Makara, Sains, Volume 12, no.1, April 2008 : 44-54. FMIPA Universitas Indonesia.
Bold, Harold C and Michael J. Wynne. 1985. Introduction of the Algae. USA : Pretice Hall Inc.
Hutabarat & Evans. 1986. Kunci Identifikasi Plankton. Jakarta: UI.
Lestari Pudji dkk. 2010. Kelimpahan Cyanophyta di Perairan Waduk Wadaslintang Wonosobo. Prosiding seminar Nasional limnologi. Purwokerto : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.   
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.
Sediadi  Agus. 1999. Ekologi Dinoflagellata. Jurnal oseano, Volume XXIV, Nomor 4, 1999 : 21-30. LIPI.
Suryanto, A. M. 2005. Kemelimpahan Kelas Fitoplankton pada Budidaya Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) dengan Sistem yang Berbeda. Jurnal Penelitian Perikanan Vol. 08 No 1. FPIK-UB. Malang.
Wulandari Ayu. 2011. Penggunaan Media Alternative pada Produksi Spirulina Fusiformes. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Susanna Dewi. 2007. Pemanfaatn Spirulina Platensis sebagai Suplemen Protein Sel Tunggal (PST) Mencit (Mus Musculus). Jurnal Makara Kesehatan, Volume 11, no.1, Juni 2007 : 44-49. Departemen Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar